Perencanaan Pengubahan Stiker dan Emoji Telegram menjadi NFT di TON
BERITA
1w ago
Admin

Telegram merupakan salah satu platform pesan terbesar di dunia dengan lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan dan telah mengumumkan terobosan penting dalam menerapkan teknologi blockchain.

Dalam acara Token2049 di Dubai (19/4/2024), Pavel Durov selaku pendiri dan CEO Telegram, mengungkapkan rencana untuk melakukan tokenisasi terhadap stiker dan emoji di platformnya dengan mengubahnya menjadi token non-fungible (NFT) di blockchain The Open Network (TON).

Durov menyoroti signifikansi NFT yang erat kaitannya dengan budaya manusia dan interaksi sosial, menyatakan, "Stiker sangat populer. Lebih dari 700 miliar kali stiker dibagikan setiap bulan di Telegram. Jumlah penayangan stiker luar biasa. Kami percaya emoji juga bisa menjadi NFT."

Langkah ini diharapkan dapat mengintegrasikan NFT ke dalam inti komunikasi online, memperluas ruang lingkupnya, dan memungkinkan ekspresi kreatif yang lebih luas bagi pengguna.

Sebelumnya, Telegram telah mengadopsi pendekatan monetisasi yang berbeda dari platform perpesanan dan media sosial besar lainnya, yang cenderung menjual data pengguna kepada pengiklan.

Telegram baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membagi pendapatan dengan pencipta konten di platformnya melalui Jaringan Iklannya.

Durov menggambarkan langkah ini sebagai salah satu model bagi hasil yang paling dermawan dalam sejarah media sosial.

Dia juga menyatakan bahwa 50% pendapatan yang diperoleh Telegram dari iklan dan saluran siaran akan dibagikan kepada pemilik saluran dan pencipta konten yang menggunakan jaringan TON.

“Semua transaksi ini, pembayaran iklan, penarikan iklan didukung oleh blockchain. Kami akan menggunakan blockchain TON secara eksklusif untuk itu,” katanya.

Durov memperkirakan bahwa pasar periklanan berbasis blockchain dapat bernilai puluhan miliar dolar dan pengguna mulai dari pemilik obrolan grup besar hingga pencipta konten, akan mendapatkan bagian pendapatan yang layak.

Penggunaan protokol blockchain juga akan memungkinkan Telegram untuk menghindari pembatasan mekanisme pembelian dalam aplikasi yang diberlakukan oleh Apple dan Google terkait pemrosesan pembayaran.

Meskipun demikian, Telegram telah memungkinkan pengembang aplikasi dan pedagang untuk menjual barang dan jasa fisik dengan mengintegrasikan 40 penyedia pembayaran, termasuk Stripe.

Sementara itu, blockchain TON semakin mendapat perhatian, terutama dengan integrasi baru-baru ini dari stablecoin USDT dan XAUT dari Tether.

Ini membuka peluang untuk pembayaran peer-to-peer dan aplikasi terdesentralisasi di TON yang dapat memberikan manfaat besar bagi pengguna Telegram yang luas.

Durov yakin bahwa TON blockchain mampu menangani skala yang dibutuhkan oleh Telegram, dengan kemampuan untuk memproses jutaan hingga ratusan juta transaksi.

Ini adalah langkah strategis yang akan memperkuat Telegram dalam memenuhi kebutuhan pengguna yang terus berkembang.


Sumber: Coinvestasi


*Disclaimer: Perdagangan Aset Kripto adalah aktivitas perdagangan yang berisiko tinggi dan berpotensi menyebabkan kerugian. Dengan melakukan perdagangan aset kripto berarti nasabah sudah mengetahui ada unsur resiko di dalam aktivitas tersebut. Diharapkan pengguna untuk melakukan riset dan analisa dengan baik terlebih dahulu karena harga aset kripto bersifat fluktuatif. NagaExchange tidak memaksa pengguna untuk membeli dan menjual aset kripto. Semua aktivitas perdagangan aset kripto merupakan keputusan individu oleh pengguna.*