Perusahaan Kripto Hotbit Berhenti Beroperasi Karena Beberapa Hal Berikut!
BERITA
11mos ago
Admin

Hotbit yang merupakan bursa kripto di Hong Kong telah mengumumkan penghentian seluruh operasionalnya mulai tanggal 22 Mei 2023.

Dalam pengumuman tersebut, Hotbit meminta agar semua pelanggan mereka untuk menarik dana mereka sebelum tanggal 21 Juni 2023, pukul 11.00 WIB.

Hotbit sudah beroperasi selama 5 tahun 4 bulan dan telah berhasil menarik lebih dari 5 juta pengguna.

Pertukaran kripto Hotbit beroperasi di beberapa negara seperti Jepang, Rusia, Korea Selatan, negara-negara Asia Tenggara, dan Turki.

Hotbit terkenal sebagai pertukaran kripto terpusat (CEX) yang menyediakan beragam aset dan layanan kepada pengguna.

Salah satu layanannya adalah staking untuk aset seperti ATOM dan juga memberikan kesempatan bagi pengguna untuk melakukan mining DeFi menggunakan platform Compound.

Hotbit mengungkapkan terdapat tiga faktor yang menyebabkan penutupan operasionalnya.

1. Penurunan kondisi operasional setelah dilakukan penyelidikan pada bulan Agustus 2022.

Hotbit menjadi subjek penyelidikan oleh otoritas setelah adanya kecurigaan terhadap mantan karyawan yang diduga terlibat dalam proyek ilegal.

Sebagai akibat dari penyelidikan tersebut, Hotbit terpaksa menghentikan sementara aktivitas perdagangan dan penarikan di platformnya.

2. Pengakuan dari Hotbit bahwa stabilitas perusahaannya terganggu akibat keruntuhan FTX dan krisis perbankan yang mengakibatkan penurunan nilai USDC.

Sejak kedua peristiwa tersebut, Hotbit terus mengalami aliran keluar dana yang signifikan secara konsisten.

3. Perubahan tren terbaru dalam industri kripto yang disebutkan oleh Hotbit.

Tim Hotbit mencatat bahwa pertukaran kripto terpusat (CEX) telah menjadi lebih rumit dan kompleks dalam beberapa waktu terakhir.

“Runtuhnya institusi terpusat besar secara berturut-turut telah menyebabkan industri secara bertahap dalam dua cara: merangkul peraturan atau menjadi lebih terdesentralisasi,” kata Tim Hotbit dalam siaran pers.

Hotbit juga menghadapi serangkaian serangan siber dan eksploitasi proyek yang terjadi pada bulan April 2021 dan Januari 2023.

Para peretas melakukan kegiatan ilegal di berbagai platform seperti Telegram, Twitter, Facebook, dan melalui email.